Monday, February 15, 2016

PANDUAN VERVAL PTK 2016 > vervalptk2.data.kemdikbud.go.id

Mulai tahun 2016 ini, tugas operator sekolah selain harus verval data PD untuk verifikasi dan validasi data peserta didik yang telah diinput di aplikasi Dapodik saat ini juga kita harus verval PTK untuk verifikasi dan validasi NUPTK (Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan) bagi seluruh Guru dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang telah diinput di aplikasi Dapodik.
Untuk dapat mengakses halaman ini, Rekan Operator Sekolah harus sudah terdaftar / registrasi di laman SDM PDSP, jadi bagi Rekan-rekan yang telah dapat login pada laman verval PD maka tidak perlu mendaftar kembali, karena sistem yang digunakan untuk login yakni dengan SSO (Single Sign On).
Dengan teknologi Single Sign On (SSO) merupakan sistem teknologi yang mengizinkan pengguna jaringan agar dapat mengakses sumber daya dalam jaringan hanya dengan menggunakan satu akun pengguna saja.
Pada laman verval GTK akan terdapat beberapa kolom di antaranya :
1.   NUPTK : Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2.   NIK : Nomor Induk Kependudukan
3.   Nama Lengkap PTK
4.   Tanggal Lahir PTK   
5.   Tempat Lahir PTK    
6.   Nama Ibu Kandung PTK
7.   Jenis Kelamin PTK   
8.   Agama PTK
9.   Jenis PTK   
10. Status Validasi Data PTK
Berikut panduan cara verval PTK tahun 2016, selengkapnya sebagai berikut :
1.   Klik pada links berikut vervalptk.data.kemdikbud.go.id

2.   Masukkan username dan password seperti yang Anda gunakan untuk login pada verval PD (akun yang sudah terdaftar di SDM PDSP, lalu klik pada “Login”.

3.   Selanjutnya klik pada tab “Pengelolaan” lalu klik pada pilihan pada menu dropdown, pilih “Perbaikan Data Master”.

4.   Perbaiki data PTK yang diperlukan seperti Nama PTK, Tanggal Lahir PTK, Tempat Lahir PTK, NIK, Jenis Kelamin, maupun Nama Ibu Kandung PTK. Setelah perbaikan dilakukan, silahkan lampirkan dokumen yang diperlukan yang menjadi pendukung perubahan :
a.   Kartu Keluarga
b.   Akte Kelahiran
c.   Buku Nikah
d.   KTP
e.   Ijazah

5.   Setelah perbaikan ataupun photo PTK telah dipilih silahkan klik pada "Upload Dokumen", selanjutnya akan muncul tampilan konfirmasi, Anda yakin akan mengubah data?, pilih “OK”.

Panduan Cara Verval PTK / Verval NUPTK Tahun 2016

Sahabat Operator Sekolah yang berbahagia…
Mulai tahun 2016 ini, tugas operator sekolah selain harus verval data PD untuk verifikasi dan validasi data peserta didik yang telah diinput di aplikasi Dapodik saat ini juga kita harus verval PTK untuk verifikasi dan validasi NUPTK (Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan) bagi seluruh Guru dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang telah diinput di aplikasi Dapodik.
Untuk dapat mengakses halaman ini, Rekan Operator Sekolah harus sudah terdaftar / registrasi di laman SDM PDSP, jadi bagi Rekan-rekan yang telah dapat login pada laman verval PD maka tidak perlu mendaftar kembali, karena sistem yang digunakan untuk login yakni dengan SSO (Single Sign On).
Dengan teknologi Single Sign On (SSO) merupakan sistem teknologi yang mengizinkan pengguna jaringan agar dapat mengakses sumber daya dalam jaringan hanya dengan menggunakan satu akun pengguna saja.
Pada laman verval GTK akan terdapat beberapa kolom di antaranya :
1.   NUPTK : Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2.   NIK : Nomor Induk Kependudukan
3.   Nama Lengkap PTK
4.   Tanggal Lahir PTK   
5.   Tempat Lahir PTK    
6.   Nama Ibu Kandung PTK
7.   Jenis Kelamin PTK   
8.   Agama PTK
9.   Jenis PTK   
10. Status Validasi Data PTK
Berikut panduan cara verval PTK tahun 2016, selengkapnya sebagai berikut :
1.   Klik pada links berikut vervalptk.data.kemdikbud.go.id

2.   Masukkan username dan password seperti yang Anda gunakan untuk login pada verval PD (akun yang sudah terdaftar di SDM PDSP, lalu klik pada “Login”.

3.   Selanjutnya klik pada tab “Pengelolaan” lalu klik pada pilihan pada menu dropdown, pilih “Perbaikan Data Master”.

4.   Perbaiki data PTK yang diperlukan seperti Nama PTK, Tanggal Lahir PTK, Tempat Lahir PTK, NIK, Jenis Kelamin, maupun Nama Ibu Kandung PTK. Setelah perbaikan dilakukan, silahkan lampirkan dokumen yang diperlukan yang menjadi pendukung perubahan :
a.   Kartu Keluarga
b.   Akte Kelahiran
c.   Buku Nikah
d.   KTP
e.   Ijazah

5.   Setelah perbaikan ataupun photo PTK telah dipilih silahkan klik pada "Upload Dokumen", selanjutnya akan muncul tampilan konfirmasi, Anda yakin akan mengubah data?, pilih “OK”.

6.   Tunggu proses upload data hingga selesai.

7.   Untuk upload photo, setelah proses upload selesai, maka photo PTK akan langsung tampil, sedangkan untuk edit / memperbaiki data PTK ada jeda waktu persetujuan, untuk cek status perbaikan data PTK silahkan klik pada menu dropdown pada “Pengelolaan” selanjutnya pilih “Status Perbaikan Data Master”.

8.   Selesai.
Untuk selanjutnya kita dapat mengetahui beberapa hal penting terkait NUPTK bagi salah satu atau beberapa PTK yang telah memenuhi kriteria dan syarat untuk mendapatkan NUPTK pada beberapa bagian data pada tab “NUPTK”, di antaranya daftar PTK :
1.   Calon Penerima NUPTK
2.   Status Penerima NUPTK
3.   Pengajuan Penutupan (khusus bagi PTK yang sudah memiliki NUPTK) setelah data PTK dipastikan benar-benar valid.

Demikian panduan cara verval PTK tahun 2016 ini. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam satu data…!

Thursday, August 13, 2015

LOWONGAN KERJA Calon Siswa Bintara Polri Khusus Penyidik Pembantu

Indonesia - Polri terus melakukan perubahan dan penataan baik di bidang pembinaan maupun operasional serta pembangunan kekuatan sejalan dengan upaya Reformasi. Adapun Tugas dan Tanggung jawab Polri adalah memberikan rasa aman kepada negara, masyarakat, harta benda dari tindakan kriminalitas dan bencana alam.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Persyaratan Umum Penerimaan Bintara Polri Pembantu Penyidik TA 2015


  1. warga Negara Indonesia (pria atau wanita);
  2. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 
  3. setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945; 
  4. usia min 18 tahun (pada saat dilantik menjadi anggota polri); 
  5. sehat jasmani dan rohani (surat keterangan sehat dari institusi kesehatan);
  6. tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) dari polres setempat; 
  7. berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela; 
  8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Persyaratan Lain Penerimaan Bintara Polri Pembantu Penyidik TA 2015


  1. pria dan wanita belum pernah menjadi anggota Polri; 
  2. berijazah minimal S1, dengan program studi yang terakreditasi BAN-PT dan wajib melampirkan tanda lulus / ijazah yang dilegalisasi / diketahui oleh Pembantu Dekan Bidang Akademik, dengan nilai rata-rata IPK minimal 2,50 (dua koma lima nol); 
  3. umur pada saat buka pendidikan Bintara Polri Khusus Penyidik Pembantu T.A. 2015 maksimal 26 (dua puluh enam) tahun; 
  4. tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku) : 
    • pria : 160 (seratus enam puluh) Cm 
    • wanita : 155 (seratus lima puluh lima) Cm 
  5. bagi yang memiliki prestasi di tingkat provinsi/nasional/internasional agar melampirkan sertifikat untuk dijadikan pertimbangan dalam penentuan kelulusan; 
  6. belum pernah nikah, sanggup tidak menikah/kawin selama dalam pendidikan Bintara Polri Khusus Penyidik Pembantu T.A. 2015, belum pernah melahirkan bagi Casis wanita dan belum pernah punya anak kandung/biologis bagi Casis pria bersedia menjalani ikatan dinas pertama minimal selama 10 (sepuluh) tahun, terhitung mulai saat diangkat menjadi Bintara Polri Khusus Penyidik Pembantu T.A. 2015; 
  7. memperoleh persetujuan dari orang tua / wali; 
  8. tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instansi lain; 
  9. mampu mengoperasionalkan komputer; 
  10. bersedia menandatangani pernyataan kesanggupan sebagai anggota Brigadir Polri; 
  11. mengikuti dan lulus pemeriksaan/pengujian dengan sistem gugur, yang meliputi materi dan urutan kegiatan sebagai berikut : 
    1. pemeriksaan administrasi awal; 
    2. pemeriksaan kesehatan tahap I; 
    3. pemeriksaan dan pengujian psikologi tertulis; 
    4. pengujian akademik, yang meliputi : 
      • ) Bahasa Indonesia; 
      • ) Bahasa Inggris; 
    5. pemeriksaan kesehatan tahap II (termasuk Keswa);
    6. pengujian kesamaptaan jasmani; 
    7. pendalaman PMK; 
    8. pemeriksaan administrasi akhir; 
    9. sidang terbuka lulus tingkat Panitia Daerah. 

Hal-hal lain yang belum diatur dan berkaitan dengan persyaratan penerimaan Bintara Polri Khusus Penyidik Pembantu T.A. 2015, akan diatur dalam keputusan tersendiri.

PENDAFATARAN SILAHKAN KUNJUNGI :
http://penerimaan.polri.go.id/form_registrasi/2

Atau Kunjungi link penerimaan.polri.go.id

Pendaftaran Mulai Tgl : 13-Agustus-2015 sampai dengan 08-September-2015

Tuesday, May 26, 2015

CARA BAB YANG BENAR

Ternyata Cara Buang Air Besar Kita Selama Ini Ternyata Salah

Ternyata Cara Buang Air Besar Kita Selama Ini Ternyata SalahMasih ingatkah Anda saat masa kecil ketika masih tinggal di pedesaan. Ketika belum ada sarana sanitasi yang layak seperti saat ini, bila ingin buang hajat di sungai kita akan cik-cik-tu (ancik ancik watu), berjongkok diatas batu sambil menyatu dengan alam.
Dewasa ini, banyak orang lebih memilih menggunakan toilet duduk dibandingkan toilet jongkok. Sengaja berlama-lama duduk di toilet sambil membaca surat kabar pagi hari bukan lagi kebiasaan yang aneh untuk dilakukan. Namun seperti halnya kebiasaan lain, kebiasaan membaca dalam toilet juga memiliki dampak yang tidak baik, terutama kaitannya dengan kesehatan.
Mungkin banyak di antara Anda yang telah mengetahui kaitan antara kebiasaan mengejan dengan pembentukan hemorrhoid atau wasir. Namun tahukah Anda bahwa postur tubuh saat di toilet ternyata juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi?
Secara definisi, hemorrhoid atau wasir adalah pembengkakan dan peradangan pada pembuluh darah balik (vena) pada daerah rektum atau anus. Kondisi ini tergolong jarang ditemukan di sebagian besar wilayah Asia, Timur Tengah dan Afrika.
Namun sebaliknya, kondisi ini justru sering ditemukan di negara-negara Barat. Di Amerika misalnya, sekitar setengah dari populasi akan mengalami hemorrhoid sebelum mencapai usia 50 tahun.
Mengenai hal ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa rendahnya insiden hemorrhoid di negara-negara berkembang adalah terutama terkait dengan konsumsi bahan makanan tinggi serat.
Akan tetapi hal ini masih belum dapat dibuktikan melalui penelitian, mengingat beragamnya bahan makanan yang tersedia saat ini, yang jenis dan jumlah konsumsinya tidak selalu sama.
Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata perbedaan insiden hemorrhoid tersebut terjadi bukan tanpa alasan, yaitu terkait dengan penggunaan toilet duduk.
Ternyata Cara Buang Air Besar Kita Selama Ini Ternyata Salah2Pada toilet ini, pengguna akan dipaksa mengejan untuk mendorong gerakan usus. Kebiasaan mengejan dapat meningkatkan tekanan dalam perut dan merupakan salah satu faktor yang mendasari terbentuknyahemorrhoid.
Hal ini secara tidak langsung telah menjelaskan mengapa insiden hemorrhoid hampir tidak pernah ditemukan pada populasi Asia, Afrika, dan Timur Tengah, di mana kebanyakan dari para penduduknya masih menggunakan toilet jongkok untuk memenuhi panggilan alam mereka. Studi yang dilakukan oleh Dr. B. A. Sikirov pada tahun 1987 telah membuktikan kebenaran hipotesa ini.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hemorrhoid adalah sebuah hasil dari proses iritasi yang berkesinambungan akibat kebiasaan mengejan berlebihan dalam posisi duduk. Atau dengan kata lain, kebiasaan duduk yang terlalu lama dalam toilet merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan hemorrhoid yang tidak boleh dianggap remeh.
Senada dengan itu, seorang penulis Jerman telah mengguncang negaranya dengan teori barunya tentang bagaimana cara buang air besar yang sebenarnya. Dan kita semua sepertinya harus mulai belajar lagi dari bawah. Jika Anda baru saja keluar dari toilet, Anda kemungkinan besar melakukan buang air besar dengan cara yang salah.
Menurut Giula Enders, seorang penulis yang ahli menyoal BAB, kloset duduk yang kini merupakan sarana standar di rumah kita ternyata tidak baik untuk kesehatan perut kita. Buku yang ditulis Enders berjudulDarm mit Charme, yang diterjemahkan menjadi Perut yang Menawan, telah terjual sebanyak 200.000 eksemplar di negara asalnya. Dalam bukunya pembaca disuguhkan deskripsi dan gambaran bagaimana seharusnya cara BAB yang benar dan sehat.
Ternyata Cara Buang Air Besar Kita Selama Ini Ternyata Salah1Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan BAB akan lebih efisien jika kita dalam posisi jongkok. BAB dengan cara duduk akan membuat waktu BAB lebih lama dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti wasir dan gangguan usus. Ini sebabnya mengapa penyakit pencernaan seperti diversikular lebih banyak diderita orang Eropa daripada Asia.
Ternyata mekanisme penutupan usus mirip seperti rumah tertekuk, yang tidak dirancang untuk membuka sepenuhnya saat kita duduk atau berdiri.
Melakukan BAB dengan cara jongkok, ternyata merupakan posisi alami yang sehat dan akan mengurangi tekanan pada bokong. Ender menjelaskan bahwa 1,2 milyar orang diseluruh dunia yang melakukan BAB jongkok hidup lebih sehat karena hampir tidak memiliki riwayat penyakit pencernaan diversikular dan lebih sedikit menderita wasir.
Orang-orang barat dan penduduk perkotaan di Asia ternyata harus memeras jaringan usus lebih kuat karena melakukan BAB dengan cara duduk. Bagi yang terlanjur memiliki kloset duduk, menempatkan bangku kecil agar bisa jongkok mungkin bisa membantu, tapi intinya adalah; demi kesehatan, kita harus belajar lagi cara BAB yang benar.
Jadi wajar saja jika orang di pedesaan yang notabenenya masih menggunakan cara tradisional lebih sehat dibandingkan dengan orang yang tinggal di perkotaan. Merasa artikel ini bermanfaat? Sebarkanlah ke temanmu
SUMBER : http://www.sebarkanlah.com/artikel/heboh/ternyata-cara-buang-air-besar-kita-selama-ini-ternyata-salah.html

Wednesday, July 9, 2014

MMM LONG LIVE

ANDA BACA DG FOKUS SEBENTAR !!
TERNYATA HAMPIR TAK ADA LEMBAGA KEUANGAN MANAPUN YANG BUKAN PIRAMIDA :
Bank Piramida, Asuransi, Dana Pensiun, Jamsostek, MMM dan lain lain adalah Piramida.
BANK
Misalkan Bank punya modal 10 triliun, tapi bisa kasih kredit berlipat-lipat 40-50 triliun. Darimana kelebihan uang itu diusahakan oleh Bank..? Ya itu dari uang para penabung. Makanya 20% saja nasabah Bank menarik uang bersamaan pada sebuah Bank, maka Bank tersebut akan kolaps.
ASURANSI
Ikut asuransi kita bayar premi secara berkala, namun pada saat kita klaim yang besarnya berlipat lipat dari uang yang kita bayar, uangnya dari mana..? atau taruhlah misal Anda ikut asuransi kecelakaan premi 1juta pertahun, santunan 100 juta jika celaka. Baru 3 bulan gabung Anda dapat musibah. Anda dibayar pihak asuransi 100 juta, padahal Anda baru bayar premi 1juta. 99juta darimana..? ya itu dari kumpulan uang perserta yang lain. Makanya jangan heran sekarang Pemerintah jor-joran mewajibkan agar semua Pekerja harus ikut Jamsostek, karena Pemerintah enak terus koprol guling-guling dapat mengelola dana abadi dari Premi wajib Pekerja.
DANA PENSIUN
Seorang bekerja sebagai karyawan / PNS. Gajinya dipotong setiap bulan Rp 50 ribu sebagai iuran Pensiun. Dengan masa kerja sampai pensiun 30 tahun, berarti ybs mengiur 50.000 X 12bulan X 30 tahun = 18 Juta.
Saat Pensiun ybs menerima Rp 2 Juta per bulan. Jika mematok iuran yang 18 juta hanya cukup buat uang Pensiun 9 bulan. Tapi kenyataannya Uang Pensiun dibayarkan sampai bertahun-tahun atau sampai meninggal, bahkan jika meninggal pembayaran tetap berlanjut kepada Isteri dan anak. Dari mana Yayasan Pensiun seperti PT. TASPEN tetap bisa bayar, padahal Karyawan ybs cuman iuran Rp. 18.000.000. Ya dari iuran peserta sesudahnya.
MMM
Sekali lagi ditegaskan MMM juga Piramida, darimana reward 30% ya dari uang orang yang membantu kita. Kenapa Dia mau membantu, karena Dia berharap juga setelahnya bisa dapat bantuan 30% lebih besar dari Partisipan MMM lainnya. Jika MMM tidak punya usaha, berarti yang 30% dibayar oleh member belakangan, bisa iya, bisa tidak. Karena di MMM Member yang bergabung duluan pun tetap harus memberikan bantuan dulu baru Dia bisa mendapatkan bantuan kembali. Jadi yang 30% tidak semata-mata dari Member baru saja. Sedangkan Member yang baru bergabung, 15 hari setelahnya sudah bisa pula melakukan Permintaan Bantuan plus reward 1% perhari atau 30% per bulan dari nilai bantuan yang pernah diberikannya. Apakah bisa yang baru ini dikatakan Member terakhir..?? bisa jadi, tapi hanya 15 hari saja. karena setelahnya Dia sudah di atas atau dalam posisi meminta bantuan.
BANK, ASURANSI, DANA PENSIUN seperti TASPEN itu memperkaya pengelola, jikapun wujudnya misi mereka kelihatan mensejahterakan anggotanya tapi sejatinya mereka lebih dulu Sejahtera.
Coba direnungkan lagi, benar tidak...? Apalagi usaha MLM atau Investasi Bisnis Online. makin hancur dah, paling kentara sekali Member yang diatas dan Pengelola yang paling untung, dan member belakangan diperah habis-habisan. ya kan...???
Sedangkan MMM, hanya semata-mata memparkaya Partisapannya, MMM tidak mengumpulkan uang Membernya, transaksi berlangsung peer to peer antara rekening sesama Anggota, bukan antara rekening Anggota dengan Pengelola.
Http://sayutimmm.blogspot.com

Saturday, June 14, 2014

KANKER PARU



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

  1. TUJUAN PENULISAN.
untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.



BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. PENGERTIAN.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang  mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

  1. ETIOLOGI.
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
A.    Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

B.     Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
C.     Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
D.    Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
E.     Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
                          i.      Proton oncogen.
                        ii.      Tumor suppressor gene.
                      iii.      Gene encoding enzyme.


F.      Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
 (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

  1. KLASIFIKASI.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
A.    Karsinoma Bronkogenik.
                          i.      Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
                        ii.      Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
                      iii.       Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh. 
                      iv.      Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
                        v.      Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
                      vi.      Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, Patofisiologi, 1995).

  1. MANIFESTASI KLINIS.
A.    Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
B.     Gejala umum.
                          i.      Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
                        ii.      Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
                      iii.      Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

  1. PATOFISIOLOGI.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat  berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
A.    Radiologi.
                          i.      Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
                        ii.      Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
B.     Laboratorium.
                          i.      Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
                        ii.      Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
                      iii.      Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
C.     Histopatologi.
                          i.      Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
                        ii.      Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
                      iii.      Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
                      iv.      Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
                        v.      Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
D.    Pencitraan.
                          i.      CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
                        ii.      MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

  1. PENATALAKSANAAN.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
              i.      Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
            ii.      Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
          iii.      Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
          iv.      Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
  1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1.      Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2.      Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3.      Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4.      Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5.      Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6.      Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
  1. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
  1. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. 

 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU.
  • PENGKAJIAN.
                        v.      Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala  : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
              dispnea karena aktivitas.
Tanda  : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala  : JVD (obstruksi vana kava).
              Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
              Takikardi/ disritmia.
              Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala  : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
              Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda  : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4). Eliminasi.
Gejala  : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan   hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala  : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
 Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda  : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala  : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala  : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda  : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
Tanda  : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda  : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
      Gejala  : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.

                      vi.      Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1.      Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
2.      Frekuensi dan irama jantung.
3.      Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
4.      Pemantauan tekanan vena sentral.
5.      Status nutrisi.
6.      Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
7.      Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1). Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2). Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3). Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda  : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine
              Bisng usus, samara atau jelas.
4). Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5). Neurosensori.
Gejala  : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6). Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala  : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri
              Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi
              Atau efek – efek anastesi.
  • DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.
i.                    Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Kerusakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi :
a)      Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional    : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
b)      Catat ada  atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional    : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor. 
c)      Kaji adanmya sianosis
Rasional    : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
d)     Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional    : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e)      Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional    : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.
                        Dapat dihubungkan :
- Kehilangan fungsi silia jalan nafas
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a)   Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional    : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
b)   Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional    : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
c)   Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional    : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d)   Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional    : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
e)   Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional    : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3). Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
- Krisis situasi
- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
- Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
- Mengakui dan mendiskusikan takut.
-  Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
-  Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
a)   Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional    : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
b)   Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasional    : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
c)   Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
Rasional    : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d)   Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional    : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
e)   Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional    : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang informasi.
- Kesalahan interpretasi informasi.
- Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
-          Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
-          Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
-          Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
-          Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
a)      Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
Rasional    : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
b)      Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional    : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
c)      Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional    : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
d)     Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional    : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan. 
ii.                  Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
- Pengangkatan jaringan paru
- Gangguan suplai oksigen
- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
- Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
a)      Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa.
Rasional    : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
b)      Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.
Rasional    : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
c)      Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
Rasional    : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas.
d)     Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi miring.
Rasional    : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
e)      Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat.
Rasional    : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah atelektasis.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret
- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
- Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil :
Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
a)  Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.
Rasional    : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
b)  Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional    : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
c)  Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
Rasional    : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d)  Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.
Rasional    : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.
e)  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.
Rasional    : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
3). Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
- Adanya selang dada.
- Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
- Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
a)  Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional    : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan  skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
b)   Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional    : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
c)   Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional    : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
d)   Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Rasional    : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
e)   Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi
      Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
4). Anxietas.
Dapat dihubungkan:
-          Krisis situasi
-          Ancaman/ perubahan status kesehatan
-          Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
-          Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
-          Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
-          Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi :
a)      Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.
Rasional    : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
b)      Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional    : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.  
c)      Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional    : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
d)     Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional    : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi..
e)      Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Rasional    : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
f)       Berikan kenyamanan fiik pasien.
Rasional    : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.
5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
-          Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
-          Salah interperatasi informasi.
-          Kurang mengingat
Kriteria hasil :
-          Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
-          Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut.
-          Berpartisipasi dalam proses belajar.
-          Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
a)      Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan.
Rasional    : Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.
b)      Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.
Rasional    : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.
c)      Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang.
Rasional    : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit stres.



BAB IV
P E N U T U P

  1. KESIMPULAN.
1.      Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2.      Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis.
3.      Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi.
4.      Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan. 

  1. SARAN.
1.      Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2.      Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan  merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya.
3.      Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.



Jika saat ini Anda masih belum menghasilkan puluhan hingga ratusan ribu rupiah dari internet, saatnya bergabung bersama kami secara gratis di